Jangan lengah walau sudah vaksin! Ini alasannya.
Meski program vaksinasi tengah gencar dilakukan, kasus infeksi virus corona masih terus meningkat. Berdasarkan penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal ini terjadi karena virus bermutasi dan menciptakan “kemampuan melawan” yang lebih berbahaya dibandingkan sebelumnya.
Dari Alpha, Beta, Gamma, Delta, hingga Lambda. Sampai sekarang, WHO mencatat terdapat 11 varian virus Corona yang telah merebak secara global. Beberapa di antaranya bahkan sudah masuk ke Indonesia. Seperti yang ditemukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yakni varian Delta dengan daya sebar serta infeksi yang lebih cepat dan parah.
Benar, beberapa mutasi virus —seperti Delta— memiliki tingkat infeksius yang lebih tinggi. Alhasil, jika tidak terkontrol, lonjakan kasus akan terjadi. Sama seperti yang terjadi di Bangkalan, Kudus, Karawang, dan juga Jakarta. Tak hanya itu, okupansi rumah sakit dalam menghadapi gelombang ketiga COVID-19 ini juga terbukti dari kenaikan kapasitas yang melonjak hingga lebih dari 80 persen.
Di sisi lain, sebagai upaya penanganannya, telah dilakukan penelitian tentang efektivitas dari setiap vaksin yang masuk ke Indonesia. Sampai sekarang, Indonesia hanya memiliki tiga jenis vaksin, yakni Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm.
Penelitian Public Health England berhasil mengemukakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca terbukti 60 hingga 66 persen efektif mengurangi gejala dan sakit yang dialami ketika terserang varian virus Delta. Sedangkan untuk vaksin Sinovac dan Sinopharm masih menunggu hasil dan data dari penelitian lanjutan.
Pemerintah kembali mendatangkan 10 juta dosis baru, yang menjadikan total penerimaan sebesar 104,7 juta dosis dari ketiga jenis vaksin yang disebutkan di atas. Jika dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk 2020 dari Dirjen Dukcapil, dosis ini masih kurang dari setengahnya untuk dapat dinyatakan “cukup” bagi 271.349.889 penduduk Indonesia yang pastinya terus bertambah sampai saat ini.
Ditambah lagi dengan berbagai tantangan yang dapat memengaruhi dan membuat laju distribusi vaksin semakin lambat. Jika terus berlanjut, upaya dan tujuan program vaksinasi juga akan sulit tercapai karena mutasi virus juga ikut memperlambat proses terciptanya herd immunity alias kekebalan kelompok.
Karenanya, kita tetap tidak boleh sampai lengah. Kita perlu sadar bahwa perlindungan diri yang optimal dibangun dari berbagai kebiasaan dan lapisan perlindungan. Sudah atau belum divaksin, kita harus menjaga daya tahan tubuh dengan baik supaya penyebaran virus corona dapat ditekan dan terkontrol.
Tak hanya menjaga kesehatan tubuh dengan melakukan protokol kesehatan secara ketat, mengambil waktu istirahat yang cukup, makan makanan sehat, serta berolahraga rutin, mengonsumsi suplemen kesehatan juga diperlukan dan penting dalam usaha mendukung sistem imun tubuh supaya bekerja lebih optimal.
Banyak jenis suplemen kesehatan yang sering kita temui mulai dari multivitamin, minyak ikan, sari buah-buahan dan rempah-rempah, dan masih banyak lagi. Namun, apakah sudah pernah dengan soal imunomodulator?
Di masa pandemi serba tak pasti, suplemen kesehatan yang berfungsi sebagai imunomodulator dapat mendukung daya tahan tubuh untuk melindungi kesehatan dari banyak serangan penyakit, termasuk COVID-19. Lantas, bagaimana cara kerjanya?
Mengenal Imunomodulator dan Cara Kerjanya dalam Melawan Virus Corona
Bagi beberapa orang, mungkin imunomodulator masih terdengar asing. Berdasarkan jurnal ilmiah yang ditulis oleh Kencana Wulan dan Indropo Agusni dari Universitas Airlangga, imunomodulator adalah substansi atau obat yang dapat memodulasi fungsi dan aktivitas sistem imunitas pada tubuh.
Dalam jurnal yang sama, imunomodulator dikenal sebagai biological response modifier yang terdiri dari berbagai bahan rekombinan, sintetik, atau alami yang dapat menyeimbangkan imun.
Dikembangkan untuk membantu kinerja sistem imun tubuh, imunomodulator memiliki beberapa manfaat baik bagi tubuh. Beberapa di antaranya adalah sebagai stimulan untuk meningkatkan fungsi imunitas (imunostimulator), penentu yang meregulasi kerja imunitas (imunoregulator), dan penekan fungsi imun yang dapat meredakan hiper-inflamasi atau penyakit autoimun lainnya (imunosupresif).
Ketiga manfaat baik ini membuat sistem imun tubuh menjadi lebih peka terhadap serangan penyakit. Sehingga, imunitas tubuh dari langsung memberikan respons tanggap dan akurat.
Menurut Medicina Oral, imunomodulator sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang aktif bekerja dan beraktivitas di luar. Mengapa? Secara tidak langsung, saat beraktivitas di luar ruangan, tubuh akan semakin sering terpapar virus, bakteri, penyebab alergi dan penyakit lainnya.
Apalagi dengan cara infeksi virus corona yang mengkontaminasi melalui kontak fisik dan droplets, kita seringkali tidak waspada dan kecolongan. Sentuhan ke wajah (mata, hidung, dan mulut), lalu terkena cipratan saliva atau lendir hidung dari orang lain, serta sekedar gesekan kulit; semua ini dapat menjadi sarana perpindahan virus.
Bukan hanya itu, virus corona juga menyerang salah satu organ yang paling intens bekerja bagi tubuh, yaitu paru-paru. Fungsi paru-paru yang memberikan suplai oksigen bagi tubuh bisa menjadi terganggu.
Infeksi dari virus ini juga berbahaya dan tidak dapat ditebak. Bersumber WHO, gejala paling umum adalah demam, batuk kering, dan kelelahan. Jika sudah bertambah parah, biasanya terasa nyeri tenggorokan, diare, sakit kepala, kehilangan indera perasa atau penciuman, bahkan kesulitan bernapas dan nyeri dada.
Pastinya hal ini membuat hampir semua orang bertanya-tanya, “Jika baru mengalami gejala umum, bagaimana bisa tahu bahwa saya terinfeksi virus corona?”
Maka, selain melindungi tubuh dari luar dengan menggunakan masker, mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer, dan menjaga jarak aman; mengkonsumsi imunomodulator dapat jadi solusi untuk senantiasa memberikan perlindungan ganda dari dalam.
Jangan tunggu sakit! Sama seperti perisai di medan perang, sistem imunitas tubuh kita harus dipersiapkan sebelum berperang. Imunomodulator tidak akan efektif jika digunakan setelah merasakan gejala. Sesegera mungkin, mari konsumsi secara berkala untuk bangun daya tahan tubuh yang maksimal.
Imboost sebagai Imunomodulator
Salah satu suplemen kesehatan yang memiliki fungsi imunomodulator dapat Anda temukan dalam Imboost. Mengandung Echinacea dan Zinc, Imboost dapat menghambat replikasi virus sekaligus mempercepat proses penyembuhan.
Telah terbukti menjadi suplemen kesehatan nomor 1 di Indonesia, Imboost menyediakan banyak jenis produk yang bisa Anda pilih.
Imboost Tablet memiliki varian strip 4 tablet dan 10 tablet. Anda dapat mengkonsumsi Imboost Tablet sebanyak 3 kali dalam sehari. Untuk penggunaan jangka panjang; Anda dapat mengonsumsi selama 8 minggu berturut-turut, beri jeda 1 hingga 2 minggu, lalu lanjutkan konsumsi periode berikutnya.
Selain Imboost Tablet, ada pula Imboost Effervescent yang merupakan tablet larut dengan vitamin C tinggi. Tersedia dalam kemasan tube berisi 8 tablet dan strip berisi 2 tablet, Imboost Effervescent memiliki tiga rasa, yaitu jeruk, anggur, dan tropical fruit.
Karena larut dalam air, cara mengkonsumsi Imboost Effervescent pun mudah. Anda hanya perlu melarutkan tablet dalam 200 ml air, biarkan tercampur sempurna, dan Imboost bisa langsung diminum. Imboost Effervescent dapat dikonsumsi 1 hingga 2 kali dalam sehari.
Pada akhir bulan ini, Imboost juga ikut merayakan semarak Medicine Fair yang berlangsung sejak 16 sampai 29 Juni 2021. Imboost memberikan potongan harga hingga Rp 10 ribu untuk pembelian Imboost Tablet 4s dan Imboost Effervescent rasa jeruk di Indomaret.
Anda pun bisa mendapatkan Imboost di apotek, minimarket, pasar swalayan, dan e-commerce favorit. Untuk informasi lengkap, silakan klik di sini.
Tunggu apa lagi? Jangan lupa #ImboostDulu sebelum menjalani aktivitas di luar!
Published by : www.kumparan.com